APA ITU INTERLUDE:
Blacknote interlude adalah ‘jalan samping’ dari Blacknote regular. Bedanya adalah , dalam interlude , cerita akan lebih difokuskan pada latar belakang di balik kejadian pada cerita regular termasuk asal usul Blacknote dan siapa itu Joker. Sengaja dipisah , agar tidak terkesan ngelantur dan dipanjang panjang seperti kisah sinetron. Smentara cerita regular , lebih berfokus pada penggunaan Blacknote dan korbannya.. Interlude adalah penggabungan antara cerita Mantrakala dan Seratjiwa , yang tadinya dibuat terpisah . tujuannya agar lebih efisien. So , guys and gals , I hope you enjoy the story.
*******************************
ALAS SLURUP – KEDIRI , PERTENGAHAN ABAD 13
Pagi hari di Alas Slurup, begitu hijau begitu tenang. Bagaikan sebuah pagelaran alam, gemirisik daun dan gesekan ranting menjadi gamelannya , burung burung yang berkicau dan berlompatan diantara pucuk pepohonan menjadi sindennya dan binatang –binatang lain yang sesekali terlihat berlarian diantara rimbunnya pepohonan menjadi penari latar yang memeriahkan suasana. Selalu begitu setiap pagi, selalu begitu setiap hari. Tapi tidak untuk pagi ini. Kedamaian Alas Slurup terusik oleh sesuatu yang melesat cepat , menabrak apa saja yang menghalanginya. Semak –semak tersibak , ranting-ranting patah , pohon pohon berukuran kecil roboh , batu –tanah –kerikil , berhamburan kesana kemari. Burung-burung buyar berterbangan dengan panic , begitupun dengan binatang lain yang berhamburan ketakutan. Laju ‘benda’ itupun akhirnya terhenti setelah menabrak sebuah pohon besar. Daun-daun pohon itu berguguran , terdengar suara gemeretak batang yang retak , dan ‘benda’ itu terhempas ke tanah dengan keras. Itu tubuh seorang lelaki, pendekar dengan darah dan luka menghiasi sekujur tubuhnya.ia masih hidup , namun terluka parah.
“hmmm..ternyata hanya sampai disitu saja kehebatan pendekar Naga Langit yang terkenal itu….”
Seorang lelaki lain muncul. Gagah namun berwajah licik dan penuh muslihat. Ia sepertinya sama sekali tidak terluka. Sang Pendekar yang terluka dengan susah payah berusaha untuk berdiri. Setelah beberapa kali terjatuh lagi dan muntah darah, ia akhirnya bisa berdiri, namun piJakannya goyah, tubuhnya sempoyongan. Darah di mulutnya ia seka dengan punggung tangan, satu tangannya memegang dadanya yang terasa sakit. Dengan nafas yang terengah-engah dan sorot mata yang tak mau mengakui kekalahan, ia berkata dengan marah ,
“ k-kau…cu-curang…Ken Arok…uhuk..uhuk…!!!!” , kalimatnya diakhiri dengan muntahan darah segar dari mulutnya.
Lelaki terluka itu adalah Jaka Nagaprana yang dikenal dengan julukan pendekar Naga Langit. Musuhnya adalah Ken Arok, penjahat paling terkenal dan Ditakuti di wilayah kerajaan Kediri, terutama kadipaten Tumapel.
“jangan merajuk seperti bocah manja seperti itu . ini bukan latihan atau pertandingan kerajaan , dalam pertarungan sesungguhnya, apapun boleh dilakukan untuk menang….” ujar Ken Arok sedikit meremehkan.
“CiHH…!!!” Jaka meludahkan darahnya sambil menatap jijik pada Ken Arok , “ pee-perbuatanmu…sungguh …ti-tidak..ksatria….”
“hahaha…..!!! buat apa menjadi ksatria, kalau akhirnya harus mati…..!!!!”
Jaka hendak bicara lagi, namun urung saat dari kejauhan suara langkah berat yang datang mendekat. Semak dan dedaunan terdengar tersibak kasar seperti dilewati oleh badak atau babi hutan berukuran besar. Yang muncul ternyata adalah Kebo Ijo, sahabat Ken Arok yang berbadan besar, berwajah bodoh, namun tangguh dalam pertarungan. Di pundaknya ia menggendong seorang perempuan berparas menawan, berkulit halus langsat. Perempuan itu memakai kemben yang mempertegas keindahan lekuk tubuhnya terutama tonjolan dadanya. Kain yang menutup kakinya tersingkap, mempertontonkan paha yang mulus menggiurkan. Perempuan itu tidak sadarkan diri. Nafas Jaka mendengus bagai banteng marah ,
“Kinasih….” , ia menatap Ken Arok dengan tatapan penuh amarah , “ lepaskan..d-dia Ken Arok….atau…” Jaka mengatur nafas sejenak , “ atau kau ak-kan merasakan akibatnya….!!!”
Kebo Ijo membaringkan Kinasih dengan perlahan di tempat yang terlalu kotor beralaskan semak dan daun kering.
“memangnya kau bisa apa..??? ejek Ken Arok seraya mendekati Kinasih , “ayo , engkau mau apa…???”
Emosi Jaka terbakar hebat. Kinasih adalah calon istrinya yang akan dinikahinya pada musim panen mendatang, dan ia tak mau penjahat seperti Ken Arok merusak impiannya. Maka tanpa mempedulikan lukanya , ia melompat menyerang. Tapi sayangnya, tenaganya sudah habis. Lukanya terlalu parah bahkan untuk bergerak sekalipun. Jaka tersungkur jatuh tanpa sempat menyentuh atau disentuh oleh Ken Arok. Ia pun hanya bisa memukul tanah dengan kesal karena tak mampu menolong calon istrinya. Seandainya saja tadi Ken Arok mau bertarung secara jujur, mungkin situasinya akan berbeda. Kebo Ijo mendekati Jaka, tanpa bicara dengan senyum culas ia menduduki punggung Jaka menyamping.
“heeggh…!!” Jaka semakin sulit mengatur nafas , karena tertekan oleh bobot tubuh Kebo Ijo. Tak cukup sampai disitu, Kebo Ijo menjambak rambut Jaka, menahan kepalanya sehingga tak bisa berpaling, memaksanya menyaksikan apa yang akan dilakukan Ken Arok pada Kinasih.
“kuakui kau memang pandai memilih calon istri, Naga Langit….” Ken Arok lebih suka memanggil Jaka dengan Naga Langit, “ Kinasih-mu ini benar benar cantik…” Ken Arok mengelus wajah Kinasih,
“kulitnya mulus…..”
Elusan Ken Arok turun ke leher dan dada,
“tubuh yang indah…..”
Kemben Kinasih Ditarik turun, membebaskan sepasang buah dada yang ranum. Ken Arok meremas dan memainkan putingnya.
“ooohh….”Kinasih merintih pelan, secara naluriah, tubuhnya menggeliat meski dirinya belum sadarkan diri.
Jaka hanya bisa menatap geram, tak berdaya dan putus asa melihat kekasihnya dilecehkan seperti itu. Hendak berpaling ia tak bisa karena Kebo Ijo menahan kepalanya.
Ken Arok sangat menikmati semua ini. Ia menikmati lembutnya dan empuknya payudara Kinasih. Ia juga menikmati tatapan tak berdaya dari Jaka nagaprana. Satu hal yang disukai oleh Ken Arok adalah memperkosa perempuan di depan orang yang dikasihinya. Istri di depan suaminya, anak di depan orangtuanya. Kenikmatannya terasa lebih berlipat ganda. Ken Arok melanjutkan melepas seluruh penutup tubuh Kinasih hingga telanjang bulat. Sebuah ketelanjangan yang sempurna. Tubuh Kinasih polos, mulus tanpa cela. Dengan tak sabar, Ken Arok kemudian melepas pakaiannya sendiri. Kejantannya menegang bagai bumbung bambu.Begitupun Kebo Ijo, kejantannya sekarang berdenyut tak sabar menunggu giliran. Sejenak Ken Arok menoleh pada Jaka, mengejeknya dengan sebuh senyuman, tanpa berkata apa apa. Darah Jaka mendidih dibuatnya, hatinya berontak, amarahnya sudah sulit untuk dilukiskan lagi. Sayang , fisiknya sudah tak berdaya. Jangankan untuk menyerang, bergerakpun ia sudah tak sanggup meski tanpa Kebo Ijo diatasnya. Ken Arok menotok beberapa bagian tubuh Kinasih, gadis itupun tersadar dengan cepat, nafasnya tersentak seperti baru keluar dari dalam air, matanya membuka lebar. Butuh beberapa saat sebelum Kinasih menyadari apa yang sedang terjadi. Ia pun menjengit ngeri mendapati tubuhnya tak tertutup sehelai benangpun, apalagi saat melihat seorang pria berwajah kasar berdiri di hadapannya, sama telanjang dan seperti siap untuk melahapnya. Hati Kinasih semakin hancur saat menoleh ke arah kanan menyaksikan kekasihnya, satu satunya harapan pertolongan justru sama sekali terlihat tak berdaya. Kinasih mencoba berteriak, namun ia tak bisa membuka mulut dan hanya mampu mengeluarkan suara teredam , ‘nnggmmmmm…..!!! ngnggggmmmmm……!!!!!!”
Totokan Ken Arok tak sekedar menyadarkan Kinasih dari pingsannya, tapi juga membuat perempuan itu tak mampu menggerakan tubuh, bahkan membuka mulut sekalipun. Satu satunya anggota tubuh yang bisa bergerak hanyalah kepala.
“nnggmmmm…!!!!ngggmmm….!!!!….mmmmm….!!!” Kinasih berteriak panik, wajahnya pucat pasi saat bibir Ken Arok menyentuh payudaranya, menghisap sekuat ia bisa, sementara satu lainnya diremas kuat.
Kinasih menangis, air mata deras mengalir membasahi wajahnya, ingin rasanya ia berteriak sekeras ia bisa, namun apa daya, hanya suara tertahan yang bisa ia keluarkan. Bergantian kiri dan kanan, Ken Arok semakin rakus melahap payudara Kinasih. Bibirnya liar berputar di puting Kinasih. Kinasih makin keras mengerang, meski teredam suaranya mampu membuat Ken Arok makin bergairah. Apalagi dengan wajah dan rambut Kinasih yang kian basah oleh air mata, sungguh menggugah selera. Bibir Ken Arok tak hanya beraksi di seputar buah dada saja, tapi juga menjelajah ke sluruh bagian tubuh Kinasih, sementara payudara sang gadis tak lepas ia genggam. Ken Arok menicumi leher dan perut Kinasih dengan sangat bernafsu. Sadar tak mampu berbuat apa apa , Kinasih hanya menangis pasrah , membiarkan tubuhnya yang suci dikotori tangan sang durjana. Sesaat ia kembali menoleh pada Jaka, ada sorot mata berharap yang tersisa disana meski tipis, berharap tiba tiba kekasihnya bangkit dan menolongnya. Entah disadari oleh Kinasih atau tidak, tatapan matanya malah membuat Jaka semakin hancur lebur. Jangankan menolong kekasihnya, menolong dirinya sendiri saja ia tak sanggup. Racun yang menjalari tubuh Jaka telah menghambatnya mengatur kembali tenaga dalamnya. Setiap kali ia mencoba, darah segar mengalir dari telinga dan mulutnya. Jaka dan Kinasih hanya bisa saling berpandangan miris dan prihatin. Puas dengan hidangan pembuka, Ken Arok bersiap menikmati hidangan utama. Kaki Kinasih dibuka lebar dan Ken Arok mengarahkan kejantanannya diantara keduanya.
“ngmmm..!!!! mmm…..!!!mmmmm….!!!!”
Kinasih terbelalak ngeri, ia menjerit histeris. Sikap pasrahnya tak serta merta membuatnya siap kehilangan kehormatannya dengan cara seperti ini. Ken Arok mengangkat pinggul Kinasih ke arahnya, kemudian melesakkan kemaluannya yang sudah mengeras ke lubang senggama gadis itu. Paha Kinasih dielusnya lembut, kejantannnya semakin dalam berusaha menembus pertahanan Kinasih.
Kemaluan Kinasih yang masih sempit agak sedikit merepotkan Ken Arok. Kinasih pun meringis kesakitan saat kejantanan Ken Arok semakin memaksa masuk , seolah melakukan perlawanan dinding kemaluan Kinasih menjepit , seolah menahan batang itu masuk semakin dalam. Dan satu dorongan yang kuat, maka hilanglah sudah kesucian sang dara.
“hnggmmmm…..” Kinasih merintih teredam. Air mata semakin membanjiri wajah cantiknya.
Ken Arok sejenak membiarkan batangnya terbenam di kemaluan Kinasih menikmati kehangatan dan jepitan khas dari seorang perawan. Beberapa saat kemudian, ia mulai menggerakkan pantatnya dari perlahan dan semakin cepat. Kinasih menggigit bibir merasakan kemaluannya yang perih. Genjotan Ken Arok semakin cepat, tubuh gadis itu terguncang guncang maju mundur. Payudaranya yang ikut bergoyang seiring gerakan tubuh membuat Ken Arok tak tahan untuk tak menjamahnya lagi. Bagai bayi Ken Arok menciumi dan menjilati payudara Kinasih dengan penuh nafsu, puting sang gadis ia kulum dengan nikmatnya. Merasa sudah menguasai sepenuhnya Kinasih, Ken Arok membuka semua totokan di tubuh gadis itu, lalu menggenjotnya makin keras.
“aaaahhhhhlkkk……!!!!!” jeritan Kinasih akhirnya lepas juga.
Kakinya mengejang dan menyentak, tangannya keras menggenggam rerumputan di dekatnya hingga terserabut dari akarnya. Tubuhnya telah basah oleh keringat. Ken Arok mengangkat kedua kaki Kinasih dan ia sampir di bahunya, sehingga ia lebih leluasa melesakkan kejantannnya semakin dalam. Gerakannya kini menjadi lebih liar, kasar dan tak teratur.
“aaahkkk…!!!! Aaahhhh…!!!! Aaaaww…….!!!!!” Kinasih menjerit kesakitan karena permainan kasar Ken Arok. Kepalanya bergoyang ke kanan dan kiri sambil menggigit bibir, matanya yang basah terpejam kuat. Penderitaan yang dirasakan gadis itu , luar biasa tak tertahankan. Kinasih menyeringai menahan sakit saat penis kejantanan Ken Arok merobek robek kemaluannya sekaligus juga harga dirinya. Dan seakan ini menambah suasana semakin ‘menyakitkan’ , baik bagi Kinasih maupun Jaka Nagaprana, payudara sang dara diremas dengan sangat kuat
“aaahhh..amppuunn….!!!! sakiiit…..ampuuunnnn…ampuuunnn….!!!!” Kinasih memelas menyayat hati.
Dan akhirnya Ken Arok melenguh keras , “uuughhh….!!!!!”
Bagai bendungan yang bobol, sensasi kenikmatan menjalar cepat ke seluruh tubuh Ken Arok, air maninya tersembur deras di rahim Kinasih. Gadis itu hanya menutup wajah dan menangis sekerasnya diiringi derai tawa Ken Arok dan Kebo Ijo. Jaka Nagaprana bahkan tak bisa menahan air matanya untuk tak keluar. Hancur sudah semua mimpi indah yang direncanakannya. Ken Arok selesai. Kini giliran Kebo Ijo, dan itu adalah penderitaan berlipat bagi Kinasih. Tak hanya berbobot tubuh berat sehingga Kinasih sulit bernafas, permainannya juga lebih kasar daripada Ken Arok. Tak hanya ‘main depan’, Kebo Ijo juga senang ‘main belakang’. Tenaga Kebo Ijo seolah tak ada habisnya, menyodok Kinasih dari depan, lalu membalikkan tubuh gadis itu dan menyodoknya dari belakang, membaliknya lagi, dan kembali menyodok dari depan, terus begitu untuk beberapa kali. Dan setiap kali Kinasih menjerit dan memohon ampun, makin semakin kasar pula permainan Kebo Ijo. Tak heran jika Kebo Ijo menghabiskan waktu lebih lama dari Ken Arok, saat memperkosa Kinasih. Ketika akhirnya selesai, kondisi Kinasih sudah sangat memperihatinkan dan mengenaskan. Rambut berantakan, wajah kuyu yg basah oleh keringat dan air mata, mata sembab, nafasnyapun tersengal sengal. Beberapa bagian tubuhnya memar saking kerasnya permainan Kebo Ijo, darah kepewanannya mengering menodai kemulusan pahanya.
“aku ucapan selamat atas pernikahan kalian kelak , dan semoga menjadi suami istri yang berbahagia….hahahaha…” ejek Ken Arok
Ia dan Kebo Ijo lalu melesat pergi meninggalkan Jaka dan Kinasih begitu saja di tengah hutan. Sepeninggal Ken Arok, tangis Kinasih kembali meledak. Ia menelungkup di tanah, menyembunyikan wajah di balik lengan.
“kk-ki-Kinasih….” Jaka bersusah payah merangkak mendekati kekasihnya. Namun Jaka terkejut saat ia hendak menyentuhnya, Kinasih dengan keras menepis tangannya.
“jangan sentuh…!!! Jangan mendekat….!!!!” Kinasih dengan cepat bangkit, beringsut menjauh dan duduk meringkuk, bersilang tangan merapatkan kedua kakinya menempel dada.
“Kinasih…????” Jaka tak menyangka kekasihnya akan bereaksi seperti itu. Ia mencoba lagi untuk mendekat.
“tidak…!!! Pergi…!!!! Pergi…!!!! Jangan mendekat….!!!!” Kinasih melempari tubuh Jaka dengan apa saja yg bisa diraihnya, ranting pohon, kerikil ataupun tanah.
Hati Jaka semakin terpuruk, ia pun terdiam, berlutut di tanah dengan pandangan memelas pada Kinasih. Entah apa yang membuat Kinasih bersikap seperti itu, apakah karena merasa diri sudah tidak suci lagi atau merasa marah karena sang kekasih tak mampu menolongnya. Atau mungkin keduanya. Jaka memandang miris saat Kinasih semakin bertingkah seperti orang yang terganggu jiwanya. Kinasih menangis-menutup wajah, menangis – mengacak acak rambut, menangis – melempari Jaka yg sebenarnya sudah tidak lagi berusaha untuk mendekat.
“oh , Kinasih…..maafkan aku…..” gumam Jaka Nagaprana sedih.
Tangisan Kinasih mendadak berhenti. Matanya memandang tajam ke satu arah, pada satu benda yang tergeletak tak jauh darinya. Ia pun dengan tertatih tatih, tanpa menutup tubuhnya , mendekati benda itu dan memungutnya. Keris Jaka Nagaprana yang terjatuh. Keris itu diangkat dan dipandanginya dengan nanar. Jaka terhenyak, dari gelagatnya ia bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Kinasih.
“tidak..Kinasih…jangan….!!!! jangan lak-uhuk-uhuk…..lakukan itu Kinasih….!!!”
Kinasih menoleh , menatap sendu pada Jaka.
“jangan lakukan itu Kinasih…uhuk-uhuk…..jangan…!!! lepaskan keris itu….!!!” Jaka mengerahkan segenap tenaga yang tersisa untuk berdiri. Tapi ia kalah cepat, Kinasih sudah lebih dulu menghujamkan keris ke perutnya sendiri.
“tidaakk…!!!! Kinasih….!!!!”
Kinasih roboh ke tanah bersimbah darah. Jaka menghambur secepat ia bisa dan merangkul tubuh kekasihnya yang sedang meregang nyawa. Keris yang menancap di perut Kinasih dicabut Jaka, lukanya ia tutup dengan tangan seolah itu bisa menahan derasnya darah yang mengalir. Kinasih tewas dalam pelukan Jaka. Jaka Nagaprana menangis memeluk tubuh kekasihnya. Rasa bersalah bercampur dendam bergejolak hebat di dadanya. Ia bersumpah akan membalaskan dendam ini pada Ken Arok, sampai kapanpun, sampai dimanapun, apapun yang terjadi.
“Ken Arok….!!! Tunggu pembalasanku….!!!”
****NAGA_LANGIT PRODUCTION****
Doni membelokkan mobil BMW-nya memasuki halaman hotel trigana sambil bersiul nada ‘good fellow’ , meniru tokoh zartan di film GI JOE. Duduk di sebelahnya adalah presenter cantik Franda yang terlihat resah memandang ke luar. Di kursi belakang, Rizuki, magician berwajah manis, memasang wajah kesal sambil memain mainkan kartu dengan satu tangan. Kekesalan itu ia lampiaskan dengan membanting pintu saat turun dari mobil.
“ingat ya…!!! Kita punya perjanjian…!!!” katanya ketus.
“relax baby….i’m the man with honour….hehehe…” jawab Doni santai.
Rizuki melengos sinis lalu mengikuti Doni memasuki lobby hotel tanpa berkata apa apa lagi. Begitu pula dengan Franda yang bahkan sejak berangkat tadi tak bersuara sepatah katapun. Tak jauh dari mobil Doni, terparkir sebuah mobil terrano hitam , yang diam diam memperhatikan semua adegan tadi. Orang orang di mobil itu memang sengaja menunggu Doni di sana. Di belakang kemudi adalah Murtado, seorang penggemar berat Rhoma Irama. Hampir segala gaya dan penampilan sang raja dangdut itu ia tiru. Mulai dari gaya rambut, jambang, bahkan bulu dada. Entah Murtado menyadari atau tidak, semua itu justru malah membuat wajahnya yang pas-pasan menjadi semakin berantakan. Penampilan Murtado sangat berbanding terbalik dengan gadis cantik di sampingnya. Bukan lagi seperti beauty and the beast, tapi lebih mirip angel and demon ( atau anjing dan pemiliknya..??) Dia adalah Dita, teman kuliah Doni, dan juga salah satu korban Blacknote. Doni mempunyai dendam pada Dita karena selain tak bisa menaklukkan gadis itu (dan menodai reputasinya sebagai seorang playboy), Dita juga pernah mempermalukan Doni di muka umum saat ia menghardik Doni yang terus mengejarnya saat berada di perpustakaan kampus. Menggunakan Blacknote, Doni mengacaukan pesta pernikahan Dita. Belakangan Dita mengetahui hal tersebut dan untuk itulah ia berada disini sekarang. Kini giliran dia membalas Doni yang telah merusak hari bahagianya. Di dalam tasnya yang tersimpan di sela kursi, Dita membawa sepucuk pistol yang akan digunakan untuk membunuh Doni.
“dik Dita…apa dik Dita sudah mantap akan melakukan semua ini…???” Tanya Murtado dengan gaya bicara yang ( konyolnya) meniru suara berat Rhoma Irama. Bahasanya yang sok baku terdengar menyebalkan.
Dita tak menjawab, tak menoleh, tak beraksi apa apa. Wajahnya lurus dan kaku, pandangan ke arah lobby hotel dengan tatapan dingin dan kosong.
“maksud abang….bagaimana bila saja abang yang akan bersedia melakukan semua itu….” tata bahasa yang kacau dari Murtado , “karena apapun yang sedianya telah dilakukan daripada lelaki itu – pada dik Dita , adalah sungguh ter-la-lu……”
Dita tetap tak bereaksi. Yang beraksi justru Joker yang berada di kursi belakang. Bibirnya bergerak mencibir, lalu bergumam pelan..” dasar dangdut kapiran….”. Joker –yang masih berpenampilan ala pesulap 80-an- membuka topinya mengeluarkan sebutir apel dari dalamnya . apel itu ia lempar-lempar di satu tangan sambil menatap sebal pada Murtado yang semaking gencar mencoba menarik simpati –atau merayu- Dita. Joker tersenyum sinis. Ia hafal betul apa yang ada di pikiran Rhoma Irama palsu ini. Sudah sejak tadi ia perhatikan, Murtado selalu mencuri pandang pada dada Dita yang menonjol menggoda dari balik blousenya.
“huuuaaaaaahhhemmm………” Murtado pura pura menguap.
Tangan kirinya merentang di sandaran kursi Dita. Perlahan tangannya merayap turun menyentuh pundak Dita, dan diam disana menunggu respon. Dita tak merespon apa apa, ia masih menatap dingin ke arah lobby hotel. Tangan Murtado bergerak menyusuri bahu Dita menuju tengkuk, lalu mengelus-elusnya dengan lembut. Ia bersiul pendek mengagumi kehalusan kulit Dita. Elusan di tengkuk berlanjut menuju leher, tak berlama lama di sana tangan Murtado dengan sangat perlahan dan hati hati merayap turun menuju dada Dita. Bulatan sebelah kiri ia pijat perlahan, lalu sesaat berhenti menunggu reaksi. Satu satunya reaksi yang terjadi pada Dita hanyalah perubahan tarikan nafas yang semakin dalam, ekspresinya masih sama seperti sebelumnya. Murtado menjadi semakin berani, ia mendekatkan wajahnya menciumi – menjilati wajah dan bibir Dita dengan nafas memburu. Tangan kiri merangkul leher, tangan kanan meremas buah dada gadis itu.
Air mata tipis mengalir dari sudut mata Dita, saat satu persatu kancing bluosenya dilepas Murtado, tapi anehnya tak ada usaha perlawanan apapun darinya, tidak ada sekedar penolakan apalagi kesan ia menikmati semua itu. Meski begitu, dengan tetap dingin, Dita membiarkan Murtado leluasa menggerayanginya. Murtado melihat lelehan air mata di pipi Dita dan ia pun semakin terangsang, bahkan one way or another sikap dingin Dita membuatnya juga terangsang. Air mata Dita Ia jilati nikmat, bersamaan dengan tangannya menelusup masuk ke balik bra Dita, memainkan putingnya. Nafas Dita agak tersentak saat putingnya dipilin agak kuat, tapi tak ada upaya penolakan yang kentara. Joker menatap adegan panas di depannya dengan jenuh. Apel di tangannya ia gigit tanpa selera. Meski tak terkejut, ia tetap tak habis pikir, sempat sempatnya dalam situasi seperti ini Murtado curi curi kesempatan. Mentang mentang kaca mobil ini gelap dan spot parkirnya tidak tersorot lampu. Tapi di sisi lain, ia tak mau ambil pusing selama rencananya tetap berjalan lancar. Sambil menggigit lagi apelnya, Joker menoleh ke kanan, menatap mobil Honda CRV yang berjarak tiga mobil dari tempatnya. Dan ia tersenyum licik. Dalam hati Joker memuji dirinya sendiri, mengagumi kelicikannya mengatur semua skenario ini. Doni tak tahu jika Dita-Murtado sedang menunggunya. Dita –Murtado tidak tahu jika ada seseorang di mobil CRV sedang menunggunya. Dan seseorang di CRV itu tidak tahu jika ia sedang masuk jebakan Joker. Joker adalah sosok misterius yang telah hidup ratusan tahun mengikuti keberadaan Blacknote. Dan setelah melewati berbagai jaman dan menunggu ratusan tahun, Joker yakin sekarang saatnyalah rencananya akan berhasil. Di jaman inilah tujuannya akan tercapai. Hal ini juga tak lepas dari kemunculannya kembali Mantrakala, pusaka pasangan Blacknote yang sempat hilang berabad-abad. Blacknote dan Mantrakala dibuat pada pertengahan abad 13 dengan tujuan untuk memperlancar jalan sejarah mewujudkan ramalan Jayabaya yang menyatakan jika kelak nusantara akan menjadi pusat dunia.
Pada awal pembuatannya, Blacknote mempunyai nama Seratjiwa. Nama tersebut kemudian berubah mengikuti jaman keberadaannya, begitupun dengan bentuk fisiknya yang secara ghaib juga berubah sesuai jaman. Sedangkan Mantrakala, hilang pada sebuah insiden berdarah. Itu sebabnya, nama maupun fisiknya tak berubah hingga sekarang. Saat ini Blacknote berada di tangan Doni dan Mantrakala berada di tangan Datuk Banteng. Tapi semua itu akan segera berubah. Dan orang yang berada di mobil CRV itu yang menjadi awalnya. Tak seorangpun dari semua yang terlibat dalam masalah ini, tahu atau menyadari jika sedang masuk ke dalam permainan Joker. Pada saatnya nanti, Joker akan ‘mempertemukan’ kembali Seratjiwa dengan Mantrakala. Dan itu akan menjadi puncak keberhasilan rencananya. Joker membandingkan pertemuan ini bagaikan St.Michael saat berhadapan dengan Lucifer yang menyebabkan kehancuran dunia. Metafora yang berlebihan sebenarnya, namun memang akan terjadi kekacauan luar biasa jika rencana Joker terwujud. Dan ia sudah tak sabar menantikan saat itu tiba. Di kursi depan, Murtado masih asyik menggerayangi Dita. Kancing blouse Dita terbuka seluruhnya, bra-nya sudah dilonggarkan, cup-nya disingkap ke atas. Murtado begitu asyik menyusu pada Dita, bergantian kiri dan kanan dengan sangat bernafsu. Dita masih juga membiarkannya, tak ada penolakan ataupun penerimaan, air mata mengalir makin deras di pipinya. Air mata itu bukan untuk Murtado. Dita menangis karena pikirannnya sedang melayang kembali pada momen momen kehancuran hidupnya. Pesta pernikahan yang awalnya berjalan sempurna dan meriah. Dita dengan bangga dan berbunga, menggandeng tangan suaminya menuju pelaminan. Saat itu ia merasa menjadi wanita paling beruntung sedunia karena mendapatkan suami yang tampan, kaya raya, baik hati dan tentu saja sangat sayang padanya. Tapi kemudian petaka itu muncul. Di tengah tengah acara resepsi, birahi Dita mendadak meninggi tak terkendali. Ia berusaha keras mengabaikan dan menekan rasa itu, namun semakin keras ia berusaha, semakin kuat pula birahi itu menerornya. Puncaknya saat ia mencium salah satu tamu pria dengan sangat bernafsu, pria yang sebenarnya tak terlalu dikenalnya. Suasana berubah canggung. Dita pun berlari keluar tanpa tujuan pasti, yang kemudian membawanya ke basement parkir. Tak mau ditemukan oleh keluarganya yang mencari, Dita lalu bersembunyi di sebuah mobil box. Di sanalah ia kehilangan kesuciannya. Dita ingin sekali menganggap kejadian di mobil itu sebagai pemerkosaan. Namun sejauh yang diingatnya, orang orang di mobil itu tak memaksanya, justru sebaliknya ia sendirilah yang sengaja menggoda mereka menyerahkan tubuh dengan sukarela untuk dinikmati mereka. Memang kemudian ia akhirnya tersadar, tapi semuanya sudah terlambat. Ia sudah kadung berada dalam cengkraman orang orang di mobil box tersebut. Kesuciannya hilang, hidupnya hancur dan masa depannya berantakan.
Ia kemudian dibawa ke tempat mereka , dimana sudah ada beberapa pria kasar lain disana. Dita tak ingat pasti berapa jumlah mereka, yang jelas kemudian ia digilir oleh mereka semalam suntuk nyaris tanpa jeda. Mereka seakan tak peduli jika Dita merasa tubuhnya telah luluh lantak, vaginanya terasa perih karena bergantian dimasuki penis berbagai ukuran. Ditambah lagi pantatnya yang perih karena beberapa diantara mereka menusukkan penisnya ke sana. Momen yang paling menyakitkan adalah saat vagina dan pantatnya diterobos bersamaan. Dita ingat, ia menangis meraung raung, menjerit sekerasnya di antara jepitan tubuh dua pria yang berkeringat. Malam yang seharusnya menjadi malam indah bulan madu telah berubah dengan kejam menjadi malam neraka baginya. Setelah puas menikmati tubuh Dita, mereka membuang tubuhnya di sebuah perkebunan teh. Tubuh Dita ditemukan oleh para pemetik, dilaporkan ke polisi untuk kemudian dibawa pulang. Dita tak pernah menceritakan apa yang telah terjadi padanya. Semenjak pulang ia hanya berdiam diri dan melamun tanpa mau bicara sepatah katapun. Meski terus didesak keluarga maupun polisi, ia tetap diam seribu bahasa, padahal visum dokter telah mengatakan tentang kekerasan seksual yang telah dialami Dita. Hanya melamun dan menangis, akhirnya Dita diputuskan mengalami gangguan kejiwaan dan harus dirawat di rumah sakit jiwa. Pernikahannya dibatalkan. Saat di rumah sakit jiwa itulah, seseorang mengunjunginya dan memberitahu soal Blacknote. Orang itu pula yang kemudian membantu Dita kabur dari rumah sakit sekaligus menyediakan pistol untuk membunuh Doni. Dita memejamkan mata dan menghembuskan nafas panjang, menutup semua flashback tadi. Saat membuka mata kembali, dengan cepat ia mendorong Murtado yang masih asyik menyusu agar menjauh. Murtado dengan wajah nanggung bercampur culun melongo heran saat Dita merapikan kembali blousenya. Tapi kemudian ia melihat juga, Doni sudah keluar dari dalam hotel.
“ah…kenapa cepat sekali….sungguh ter-la-lu…..”
Setelah pakaiannya rapi, Dita menyambar tasnya lalu bergegas menghampiri Doni. Murtado segera menyalakan mesin mobil bersiap untuk pergi dari sana. Joker sudah menghilang dari dalam mobil. Dengan tegang, Murtado menyaksikan Dita menodongkan pistolnya ke arah Doni, menembak tiga kali lalu menembak kepalanya sendiri. Sesaat setelah Dita roboh, Murtado segera menjalankan mobil meninggalkan hotel. Saat melirik kaca spion, ia terkejut karena ada orang yang menghampiri mayat Doni dan mengambil sesuatu dari balik jaket Doni. Meski begitu Murtado terus melaju. Instruksi dari boss-nya ; apapun yang terjadi nanti, segera tinggalkan hotel. Sepanjang perjalanan di kepala Murtado penuh dengan pertanyaan, siapa orang itu, apa yang diambilnya, dan bagaimana reaksi boss-nya jika ia melaporkan ini.
****NAGA_LANGIT PRODUCTION****
Bagai seorang sutradara yang memperhatikan para artisnya bermain , Joker mengamati semua drama yang terjadi dari bawah sebuah pohon besar. Sejauh ini semua berjalan sesuai skenario. Doni mati, Dita mati, dan Blacknote telah berpindah tangan. Sesaat setelah Dita roboh, orang di CRV segera turun dan mengambil Blacknote dari saku jaket Doni. Tadinya ia akan kembali ke mobilnya dengan segera pergi dari sana, tetapi orang orang berkerumun lebih cepat dari perkiraan. Dia pun memutuskan untuk diam diam bergabung saja dengan kerumunan, berpura pura tidak tahu apa apa. Joker yang awalnya hendak menemui langsung orang itu pun akhirnya urung. Ia pun memutuskan untuk menunggu saja di mobil CRV orang itu. Tapi mendadak Joker tertegun di tempatnya, ada keanehan yang sedang terjadi di sekitarnya. Diawali dengan angin yang bertiup lebih kencang dari sebelumnya. Ini bukan angin biasa. Dengan kewaspadaan tinggi, Joker menoleh ke sekeliling berusaha mencari penyebabnya. Tak ada yang ditemukan. Kejutan kedua terjadi di langit, guntur menggelegar sangat keras, awan awan kemudian bergerak cepat seperti opening sebuh film documenter, berkumpul di satu titik, tidak menggumpal tetapi membentuk vortex, sebuah lorong kabut berhiaskan lompatan-lompatan petir. Ini sudah di luar skenario. Tak hanya awan , lingkungan di sekitar Joker pun mendadak bergerak lebih cepat , dan semakin cepat di setiap detiknya. Orang-orang berjalan cepat , mobil polisi berjalan cepat , ambulance berjalan cepat ,semua seperti adegan film yang di fastforward. Suara suara mereka pun berubah menjadi tak jelas ,menjadi dengung dan gemuruh yang membuat kepala Joker pening. Anehnya , kejadian itu hanya dialami oleh Joker saja. Bagi orang orang lain di tempat itu , semua berjalan normal seperti biasa.
“aarrrgghh….!!!!” Joker jatuh bersujud ke tanah sambil menutup telinganya yang sakit mendengar dengung di sekitarnya.
Lingkungan sekitarnya terus bergerak semakin cepat sehingga hanya terlihat sebagai kelebatan tak jelas. Topi tinggi Joker terjatuh dan menguap menjadi asap saat menyentuh tanah bagai jatuh ke dalam larutan asam.
Di antara rasa sakitnya , Joker berusaha berpikir, mencari tahu apa yang salah dengan rencananya, apa yang telah luput dari perhitungannya, apa yang sebenarnya terjadi. Dan ia pun terkesiap, saat menyadari ada satu poin penting yang telah ia lupakan. Dan itu sudah terlambat.
“sial….!!!seharusnya tak begini ceritanya…..!!!!” teriak Joker sambil menengadah ke langit ,”aarrghhh….!!!! “ sakit di kepalanya membuat Joker kembali bersimpuh ke tanah
Suara bising di sekitarnya semakin membuatnya tersiksa. Joker memejamkan matanya kuat kuat. Sesaat kemudian lingkungan di sekitarnya berubah menjadi kilatan cahaya yang menyilaukan seolah ada yang menyalakan lampu blitz tepat di depan hidungnya. Dan tiba tiba…ZAAAAPP!!! Hening. Sunyi senyap. Seperti ada yang menekan tombol mute di remote TV. Tak ada suara, tak ada gerakan, tak ada angin, bahkan Joker merasakan tak ada pijakan, ia seakan sedang mengambang di ruang hampa udara. Joker tak membuka mata atau mencoba berdiri, nalurinya mengatakan jika situasinya belum aman untuk itu. Lalu perlahan suasananya berubah. Joker merasakan kehangatan yang akrab menerpa tubuhnya, hangat seperti sinar matahari pagi. Angin yang bertiup terasa sejuk bersahabat. Suara yang terdengar kini terasa damai dan tidak menusuk telinga. Dengan hati-hati Joker membuka mata, lalu berdiri dengan kebingungan luar biasa menggelayutinya. Ia tak lagi berada di hotel trigana. Sekarang ia berada di tengah hutan belantara yang sepertinya tak asing. Dan yang paling mengejutkan, penampilannya juga berubah. Sama halnya seperti Blacknote , Joker mempunyai nama dan penampilan yang berbeda , disesuaikan dengan jaman keberadaannya. Joker menatap penampilannya yang seperti seorang pendekar. Joker masih sangat ingat , di jaman apa ia berpenampilan seperti ini. Dan di jaman ini namanya bukanlah Joker.
“Naga Langit…..!!!!” seseroang berteriak dari belakang.
Joker menoleh. Wajahnya langsung berubah angker, tangannya terkepal, tubuhnya tergetar oleh amarah. Dendam yang sempat terkubur berabad-abad kini meledak bagai gunung merapi.
“Ken Arok….”gumam Joker emosi.
Dan di dekat kaki Ken Arok, Kinasih tergeletak tak sadarkan diri. Ia masih hidup.
****NAGA_LANGIT PRODUCTION****
Setiap kali Murtado memasuki ruang kerja boss-nya, tidak bisa tidak, perhatiannya selalu tertuju pada sebuah lukisan besar di salah satu dinding. Lukisan itu menggambarkan sosok Nyi Roro Kidul, tapi bukan seperti lukisan yang banyak beredar di masyarakat, bahkan lukisan ini pun tak akan ditemukan di Samudra Beach Hotel, tempat yang konon menjadi tetirah Nyi Roro Kidul. Lukisan itu berbentuk persegi panjang, menggambarkan laut selatan yang terbelah dua dengan ombak yang tinggi seperti tsunami dan Nyi Roro Kidul sedang berjalan di tengahnya lengkap dengan pakaian khasnya. Di tepian pantai, sekelompok orang bersimpuh sambil mengatupkan tangan, memujanya sang penguasa pantai selatan dengan takzim. Entah siapa pelukisnya, tak ada keterangan apapun di sana seperti umumnya lukisan.Yang pasti lukisan ini luar biasa indah, terasa hidup dan sangat bernuansa mistis. Entah karena memang seperti itu atau karena kepiawaian sang pelukis memainkan warna sehingga terkesan hidup.
“ehemm…!!!”suara dehem boss-nya yang sudah memasuki ruangan mengagetkan Murtado. Ia pun bergegas mendekat dan mencium tangan sang boss
“selamat malam , datuk…” nada bicaranya biasa saja, tidak sok dangdut seperti tadi. Hanya di depan boss-nya , Murtado bicara normal. boss-nya adalah Datuk Banteng.
“duduk…!!!”
“iya datuk….”
Datuk Banteng duduk berhadapan , terpisahkan oleh sebuah meja kerja.
“jadi , tugas sudah dilaksanakan..???”
“sudah datuk , semua berjalan lancer. Doni mati , dan dik Dita..eh-anu , maksudnya Dita juga mati…” secara singkat Murtado melaporkan kronologis kejadian di hotel trigana tadi. Tentu saja minus saat ia menggerayangi Dita di mobil.
“hmmm…” Datuk Banteng mengangguk angguk sambil mengelus jenggot. Matanya menatap tajam pada Murtado seperti sedang mencurigai sesuatu, “benar semua lancer , tak ada masalah..???”
“betul datuk…” Murtado mulai berkeringat.
“yakin…???”
“yakin datuk…eh-kecuali…..” ia lalu menceritakan tentang orang yang mengambil sesuatu dari balik jaket Doni. Ada perubahan ekspresi dari Datuk Banteng saat mendengarnya.
“kamu tahu siapa orang itu…???”
“tidak , datuk….”
“pernah melihat sebelumnya…??”
Murtado berpikir sejenak sebelum menjawab “eh…sepertinya …belum pernah datuk….”
Datuk Banteng terdiam sambil terus menatap Murtado penuh selidik. Murtado menunduk cemas, tak berani mengangkat kepala apalagi menatap. Ia merasa telah melakukan kesalahan yang ia sendiri tak tahu apa.
“kamu tahu apa yang diambil orang itu…???”
“ehh..se-sebuah buku ,datuk…”
“buku apa..???”
“sa-saya..tidak t-tahu datuk…pokokknya warnanya hitam…”
Murtado semakin terintimidasi oleh tatapan Datuk Banteng. Dalam hatinya terus bertanya tanya, ‘salah gue apa’ , ‘salah gue dimana’.
“ya sudah…” kata Datuk Banteng akhirnya , “kerja yang bagus…”
Tubuh Murtado terasa lebih ringan, ia menghembuskan nafas lega sambil menyeka keningnya yang berkeringat. Ia pun semakin merasa lebih baik saat melihat wajah Datuk Banteng yang santai apalagi kemudian Datuk Banteng berkata , “hadiah kamu ada di ruang nirwana…ambil sendiri ke sana…”
“terima kasih datuk , terima kasih…” hati Murtado menari nari kegirangan.
“tapi ingat aturannya….”
“iya datuk, tidak boleh menyentuh minuman apapun yang ada di sana…”
“hmmm..ya sudah, pergi sana…”
“iya datuk, permisi datuk….” Murtado mencium tangan Datuk Banteng, lalu berjalan santai menuju pintu. Namun baru juga ia menyentuh gagang pintu , Datuk Banteng berseru , “tunggu dulu…!!!”
Hati Murtado mencelos, dengan berdebar debar dan ketakutan ia berbalik , “a-a-ad-ada ap-apa datuk…???”
“kamu lihat Joker…???”
“Siapa , datuk.. ???” yang terbayang olehnya adalah sosok Joker dalam film batman : the dark night.
“Joker, laki laki pakai baju pesulap jaman dulu, topi tinggi….”
Dahi Murtado berkerut ,”maaf datuk , pesulap satu satunya yang saya lihat di sana cuma Rizuki saja datuk, tidak ada lagi yang lain….”
Datuk Banteng terdiam, wajahnya kembali berubah angker. Ia memutar kursi menghadap ke arah lukisan Nyi Roro Kidul dan menatapnya lama. Murtado berdiri di depan pintu, kebingungan harus bagaimana. Keluar ruangan tak berani, apalagi bertanya. Dengan gelisah ia bergantian menatap Datuk Banteng dan lukisan, berharap ada jawaban atau keputusan ia harus bagaimana. Dan ketika kemudian akhirnya Datuk Banteng menyuruh pergi, tanpa buang waktu lagi ia segera keluar, setengah berlari menuju ruang nirwana. Selain tak sabar mengambil hadiahnya, ia juga takut Datuk Banteng memanggilnya lagi. Sepeninggal Murtado, Datuk Banteng masih terus menatap lukisan dalam diam, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kurang lebih satu jam kemudian, ia baru berbalik dengan wajah kesal. Ada satu kesimpulan yang baru saja ia pikirkan. Joker telah mengkhianatinya.
****NAGA_LANGIT PRODUCTION****
Datuk Banteng mungkin seorang antagonis. Tapi ia adalah orang yang pandai mengambil hati dan meraih kesetiaan anak buahnya. Ia tak ragu member hadiah istimewa untuk anak buahnya yang berhasil menjalankan tugas dengan baik, apalagi jika tugas itu sulit dan beresiko tinggi. Dan juga sebaliknya, Datuk Banteng juga tak segan member hukuman berat bagi anak buahnya yang mengacau. Reward and punishment yang berimbang, membuat Datuk Banteng disegani dan dipatuhi anak buahnya. Ruang nirwana, tempat Murtado mengambil hadiah adalah ruang rekreasi, one stop relaxation. Ruang itu dilengkapi whirlpool, tempat tidur untuk pijat, aroma therapy, sofa merah melingkar dengan meja kaca di tengahnya , dan tentu saja minibar lengkap berisi berbagai minuman. Janji Datuk Banteng, setelah tugasnya selesai, Murtado akan mendapatkan ‘pijat plus’ disana. Semua fasilitas disana boleh digunakan Murtado, kecuali minuman di bar yang memang dikhususkan hanya untuk tamu saja. Tak heran Murtado begitu bersemangat menuju ruang nirwana yang berada di sayap selatan padepokan satrialoka. Murtado berharap, pemijatnya nanti bukan hanya berwajah cantik tapi juga berdada besar dan berbody aduhai. Setidaknya setipe dengan Dita yang tadi ia nikmati dengan tanggung pun tak apa apa. Tapi Murtado yakin dengan pilihan Datuk Banteng yang mempunyai selera tinggi akan perempuan. selama di padepokan satrialoka. Murtado belum pernah melihat ada perempuan yang tidak cantik berkeliaran disana. Jantung Murtado berdebar debar saat membuka pintu, harap harap cemas dengan perempuan seperti apa yang telah menunggunya. Hawa sejuk dan harum menyambut Murtado saat memasuki ruangan, rasanya seperti memasuki studio 21. Suara Diana Krall mengalun merdu dari sebuah CD player. Mata Murtado langsung tak sabar mencari sang pemijat. Dan Murtado terhenyak. Matanya terbelalak tak percaya, mulutnya menganga sedikit berliur, jantungnya serasa berhenti, lututnya gemetar. Ia terpesona akan kecantikan dan kesexy-an perempuan itu. Sang pemijat berdiri di sisi tempat tidur, cantik meski berwajah murung, kulitnya putih bersih, dadanya besar seperti yang diharapkan, tubuhnya hanya tertutup lilitan kain putih, setengah dada setengah paha.
Yang paling membuat Murtado ternganga adalah bahwa perempuan ini bukanlah perempuan biasa. Dia adalah artis cantik MagdaLena. Tanpa sadar Murtado menggaruk-garuk selangkangannya yang membesar. MagdaLena sendiri agak terkejut melihat kemunculan Murtado. Ia memang diperintahkan Datuk Banteng untuk melayani seseorang, namun ia tak menyangka orang yang harus dilayaninya adalah kloningan gagal Rhoma Irama.
“lu-arrr bi-aa-saa….” logat konyol Murtado muncul lagi. “engkau adalah bagaikan bi-da-dari surga yang akan menjadi turun dari kah-ya-ngann…..”
Dalam situasi berbeda, Lena mungkin akan tertawa mendengar logat palsu Murtado, ditambah tata bahasa yang kacau balau. Tapi saat ini, ia tak sedikitpun merasa lucu , ia malah ingin menampar mulut monyong Murtado sekerasnya. Lena berharap sex behavior pria ini tak seaneh gaya bicaranya. Murtado tak membuang waktu. Tangannya langsung dengan nakalnya mengelus setengah buah dada Lena yang tersembul keluar,
“hmmm…muu—luss se-ka-lii……”
Lena tak menyembunyikan ekspresi jijik di wajahnya. Jari jemari Murtado liar menari di setengah dadanya terutama di belahannya. Tanpa melepas kain penutupnya, Murtado meremas bersamaan kedua buah dada Lena. Empuk dan besarnya, belum pernah ia rasakan sebelumnya. Murtado lalu berjongkok, merangkul paha Lena, menikmati kemulusannya menggunakan tangan dan pipinya. Sensasi yang sulit diungkapkan saat pipinya yang kasar bersentuhan dengan paha Lena yang mulus. Tak hanya pipi, Murtado menikmati paha Lena dengan menjilatinya dan mengendusnya dengan hidung, meresapi keharuman paha sang jelita.
“ohhmmm…” Lena merintih geli , sedikit terangsang. Dalam hatinya ia mengeluh , meratapi nasibnya yang harus melayani nafsu laki laki berbentuk ‘menggelikan’ seperti Murtado, penampilannya yang ( maunya ) meniru Rhoma Irama, malahan membuat Lena ingin muntah. Perasaan ingin muntah semakin menjadi saat Murtado berdiri dan dengan lagak bak striper pria, ia melepas pakaian satu persatu. Untung Lena masih bisa menahan diri.
Sosok Murtado tanpa pakaian, ternyata lebih parah lagi. Kulitnya lusuh seperti yang jarang mandi ( mungkin benar), bulu dada nangggung yang malah membuatnya mirip blanka , salah satu karakter monster di game populer street fighter. Satu hal yang setidaknya membuat Lena lega , penis Murtado tidak oversize, alias normal normal saja. Murtado berjalan menuju whirlpool sambil menggandeng tangan Lena. Gadis itu terlihat pasrah-pasrah saja karena tak punya pilihan. Dengan perlahan Murtado memasuki kolam, air merendam tubuhnya sebatas dada. Ia menikmati sentuhan air di kulitnya, dengan memejamkan mata, merentangkan tangan pada tepian kolam yang melingkar,
“aahhhh….semm-purr-na……”
Sebenarnya akan lebih nikmat lagi jika berendam sambil menikmati minuman yang tersedia di mini bar, tapi Murtado tak berani melanggar larangan Datuk Banteng.
“lho…dik Lena.. mengapa hanya ber-di-am diri be-gi-tu…ayo masuk , mari kita berr-sann-taiii….”
Lena mulai berharap ia memegang pistol untuk menembak mulut Murtado, ia sudah tak tahan mendengar logat konyolnya itu. Dengan enggan, Lena melepas kain penutup tubuhnya. Murtado pun tercekat, ia tersedak oleh ludahnya sendiri hingga terbatuk batuk. Seumur hidup, belum pernah ia menyaksikan langsung tubuh telanjang seindah dan semulus Magdalena, buah dada besar yang selama ini hanya menjadi fantasinya saja, kini tersaji di depan mata, berpadu proporsional dengan kulit mulus dan vagina yang membuatnya penasaran.
“saya kan melayani kamu. Tapi jangan minta yang aneh aneh ya….!!!” kata Lena datar sebelum memasuki kolam.
“dik Lena tak perlu khaa-waa-tiir…..abang rhido adalah seorang genn-teell—meenn……”
Lena menghela nafas. Pistol saja rasanya tidak cukup untuk membungkam mulut itu , Lena berpikir ingin membungkam mulut Murtado dengan bom. Baru juga Lena melangkahkan kakinya memasuki kolam, Murtado yang sudah sangat bernafsu, langsung menerkamnya, menariknya hingga terjatuh keras ke dalam air. Cipratan air membuncah hingga ke luar kolam.
“aduhh..!!! pelan pelan dong….!!!!”
Murtado mengabaikan protes Lena. Ia sudah lapar dan tak sabar ingin segera melahap sang artis cantik Lena magdaLena. Sambil berendam Murtado memeluk Lena dari belakang, menciumi tengkuk dan leher Lena dengan rakus, meremas buah dadanya dengan galak. Lena meringis kesakitan, tangan Murtado ia pukul pukul.
“iihhh….!!! Ihhhh…!!!! Jangan kasar gitu dong…..!!! biasa aja deh….!!!!”
Apa peduli Murtado. Nafsu sudah terlanjur menguasai dirinya. Semakin Lena protes, malah semakin kuat ia meremas buah dada montoknya itu. Tubuh Lena menggeliat-geliat berusaha melepaskan diri, rona memerah kini mewarnai kulit putih buah dadanya. Akhirnya Murtado melepaskan juga remasannya, tapi itu tak membuat penderitaan Lena berakhir. Lelaki itu memeluk Lena sangat erat, sengaja menekan kuat payudara Lena di dadanya. Menyenangkan bagi Murtado karena dapat merasakan kenyalnya dada Lena, tapi menyakitkan bagi Lena karena terjepit lengan Murtado, belum lagi kesulitan untuk mengambil nafas terutama setelah Murtado melumat bibirnya dengan ganas.
“mmmhh….!!!!…mmppp….MHH……!!!!!” Lena kelabakan.
Ia mencoba mendorong dan memukul bahu Murtado, berharap lelaki itu melepasnya atau minimal tidak bermain terlalu kasar. Alih alih begitu, Murtado malah makin ganas dan bernafsu, pelukannya makin erat. Lepas dari bibir, ciuman Murtado menyusur leher, terus menurun hingga buah dada Lena. Dengan penuh nafsu, ia langsung memainkan puting Lena. Puting itu ia tarik dan hisap dengan mulutnya, menjilati pinggirannya, mengulumnya dan menggigitnya penuh nafsu.
“aahhh…oohh…ahhhh….” Lena menggelinjang, suka atau tidak ia mulai terangsang oleh hisapan kasar Murtado di dadanya.
Murtado keluar dari air, duduk di tepian kolam lalu meraih kepala Lena dan mengarahkan ke penisnya. Lena sejenak melirik marah pada Murtado, namun kemudian penis pria itu ia masukkan juga ke dalam mulutnya dengan pasrah. Seluruh pengetahuannya tentang oral sex, ia terapkan saat itu, hanya sekedar ingin semua ini cepat selesai. Penis Murtado ia kulum, kocok, jilat dan hisap, membuat Murtado bergetar dan mengerang saking nikmatnya. Selanjutnya untuk beberapa saat, kepala Lena bergerak maju mundur merasakan mulutnya yang penuh oleh penis yang berdenyut denyut riang.
Tangan Murtado menjulur ke bawah, meraih lagi dada Lena yang menggantung. Efek dari remasan itu membuat gerakan kepala Lena semakin intens, permainan lidahnya pun semakin liar. Jika terus berlanjut maka permainan akan lebih cepat selesai. Murtado tak menginginkan itu. Cukup sudah bermain air. Saatnya main pijat-pijatan. Keduanya keluar dari kolam, mengeringkan tubuh dengan handuk (Murtado dengan senang hati mengeringkan tubuh Magdalena ), lalu pria itu berbaring telungkup di tempat tidur berseprai putih dengan satu bantal putih yang terasa nyaman. Agak sulit juga Murtado mengatur posisi yang nyaman ketika penisnya masih menegang. Dengan lesu, Lena duduk di tepian tempat tidur, memijit bahu Murtado sebagai permulaan. Ia sebenarnya ingin menutup tubuhnya, setidaknya dengan handuk, tetapi Murtado melarangnya. Pijatan di bahu tak berlangsung lama karena lelaki itu mengingkan ‘pijatan’ lain.Lena menghela nafas. Setiap pria yang pernah menidurinya selalu menginginkan hal yang sama. Lena menaiki tubuh Murtado, menindihnya, memijat punggung lelaki itu menggunakan buah dada sambil bergerak naik turun.
“wahh…maan—taap see-kaa-liii……!!!”
Seandainya saja adegan pijat memijat itu direkam dan disebarluaskan, pastinya akan banyak lelaki yang marah dan patah hati karena iri pada keberuntungan Murtado. Betapa tidak, seorang pria lusuh, berwajah seabstrak lukisan Picasso, tapi bisa menikmati ‘thai massage’ dari perempuan seperti Magdalena, yang tak hanya berwajah cantik, tapi juga berkulit halus, berdada besar dan berbodi aduhai. She is definitely every man fantasy. Betapakah tidak cemburunya pria di seluruh dunia menyaksikan Lena bergerak naik turun di atas punggung Murtado, buah dada menekan punggung dan putingnya yang menggelitik nikmat. Dan betapa patah hatinya semua pria, ketika Murtado berbalik menimati ‘thai massage’ dengan dada, wajah konyolnya mengekspresikan kenikmatan luar biasa saat puting mereka saling beradu, saat Lena memberi selingan dengan menjilati dan menyedot puting Murtado.
“uughh…man-taaap….”
Lena menjilati tubuh Murtado , memberinya ‘mandi kucing’ hingga ke bawah dan sekali lagi mengoral penis lelaki itu. Tetapi kali ini tak berlangsung lama, karena Murtado sendiri sudah tak tahan lagi ingin segera merasakan kehangatan sebenarnya dari tubuh Lena.
Dengan cepat mereka berganti posisi, Lena terlentang di atas kasur, Murtado di atasnya. Diciuminya bibir sexy Lena dengan bernafsu, tangannya aktif menggerayangi gunung kembar gadis itu. Sejuknya hembusan AC membuat suasana kian erotis. Gigi Murtado dengan gemas menggigiti pelan puting Lena dan memberi kenang kenangan berupa cupang merah di mulusnya buah dada gadis itu. Baru kemudian ia menempatkan penisnya di depan lubang vagina gadis itu .
“pelan pelan ….” Lena bergumam memohon
Murtado mengangkat pinggul Lena ke arahnya dan menyelipkan penisnya yang keras di mulut vagina gadis cantik itu. Secara naluriah, Lena mencoba menjauh yang justru malah memberi kesenangan pada Murtado karena persinggungan tubuh mereka. Murtado memang tak punya banyak pengalaman bercinta dengan perempuan, tapi ia punya banyak referensi dari koleksi film bokep miliknya. Meniru salah satu adegan yang ia ingat, Murtado mengelus elus paha Lena yang terbuka lebar sambil terus melesakkan penisnya semakin dalam. Sejenak ia berhenti untuk menikmati pijatan vagina yang meski bukan perawan tapi tetap rapat. Begitu sempit, begitu hangat, begitu basah. Cara seperti itu rupanya efektif juga membangkitkan gairah Lena. Entah karena dorongan birahi atau karena ingin semua ini cepat selesai, ia ingin sekali Murtado menusukkan penisnya lebih dalam lagi hingga ke ujung. Dan ketika akhirnya Murtado melakukan itu, gelombang kenikmatan menghantam Lena bagai tsunami dan secara reflex ia meremas pantat Murtado, mendorongnya agar masuk lebih dalam lagi. Murtado mulai bergerak maju mundur menggenjot tubuh Lena sambil memegangi pinggang gadis itu.
“uuhhh…aahhhh…..” Lena tak bisa menahan erangannya, tangannya meremas remas sprei putih itu hingga acak acakan.
Ia memutuskan untuk menikmati saja semua itu dengan memejamkan mata, membayangkan jika yang sedang menindihnya adalah seorang pria tampan. Tanpa sadar Lena menggerakan pantatnya saat genjotan Murtado sejenak berhenti. Murtado tersenyum melihat Lena lebih reaktif, ia pun memutar mutar pantatnya, mengaduk aduk vagina Lena dengan penisnya.
“oooh…..ooauhhhh…ooohh…..hsmmsjhhhh…..” rintihan Lena makin kentara , makin membuat Murtado terangsang. Rasa perih bercampur nikmat dirasakan Lena dari vaginanya yang penuh oleh penis lelaki itu. Murtado pun melenguh nikmat merasakan gesekan sensasional rapatnya dinding vagina Lena. Selama beberapa saat yang terdengar di kamar itu hanyalah gesekan penis Murtado diringi erangan erotis Magdalena dengan latar belakang lagu smooth jazz dari CD player.
“dik Lena…ayo kita ganti posisi…”
Tanpa banyak bicara Lena mematuhinya. Murtado kini terlentang di kasur, Lena berada di atasnya. Gadis itu menggenggam penis Murtado dan diarahkan ke vaginanya. Lena dengan perlahan menurunkan tubuhnya, ia dan Murtado pun berdesah bersamaan saat penis pria itu kembali melesak masuk. Magdalena bergerak naik turun di atas penis Murtado. Buah dadanya kembali menjadi obyek remasan tangan ‘Rhoma Irama’ gagal tersebut.
“yah…terus…terus….uughhhh…..” semakin cepat Lena bergerak, semakin kuat remasan Murtado.
Pada satu momen , Murtado meminta jeda , ia menarik tubuh Lena hingga bibir mereka bertemu. Keduanya berciuman dengan ganas , lalu Lena melanjutkan goyang pinggulnya. Murtado berganti gaya lagi. Lena mengeluh dalam hati, namun tak mengungkapkannya langsung. Tubuh Lena ia baringkan menyamping lalu vaginanya ia tembus dari samping. Rupanya gaya yang satu ini terasa lebih nyaman bagi Murtado sehingga memutuskan akan menghabisi Lena dengan cara seperti ini. Sambil terus menggenjot, buah dada Lena ia remas seolah tak ada puasnya. Tubuh ‘beauty and demon’ itu kini sudah sama sama berkeringat, keduanya saling memacu tubuh. Saat akhirnya Murtado mencapai klimaks, ia dengan cepat mencabut penisnya dan menyemburkan spermanya ke wajah Magdalena.
“oohhh…seem—purrr—naaa…aaahhhh…..”
Tadinya Lena sempat lega, karena mengira semuanya sudah selesai. Namun ternyata Murtado hanya rehat sejenak untuk kemudian menyetubuhinya lagi selama beberapa jam ke depan. Kali ini Lena tak bisa menahan air matanya. Dalam hati ia mempertanyakan apa dosanya sehingga harus terjerat oleh jaring nafsu Datuk Banteng dan anak buahnya.
MARKAS MILITER JEPANG , DESA CIGOLONTOR – 1943
Matahari bersinar redup terhalang awan. Pimpinan camp, kapten Yoshida, berdiri di sisi lapang tembak meyaksikan eksekusi mati lima orang pejuang Indonesia. Wajah bengisnya menyeringai puas menyaksikan lima orang yang selama ini menjadi pengganggu akhirnya akan menemui ajal. Mereka adalah pentolan pemuda pejuang yang kerap merepotkan tentara Jepang. Kapten Yoshida yakin kematian mereka akan meruntuhkan mental dan semangat pejuang lain untuk terus melakukan perlawanan. Regu tembak sudah bersiap di posisi , senjata terarah pada kelima pejuang Indonesia tersebut. Sang komandan regu mengangkat samurai memberi aba aba dalam bahasa jepang ,
“bersiap…!!!”
“bidik…..!!!!”
“tembak….!!!!”
Sesaat sebelum peluru merenggut nyawa mereka, para pejuang itu berteriak nyaris bersamaan ,
“MERDEKA…!!!”
Kapten Yoshida menghela nafas. Sejujurnya ia kagum pada keteguhan hati para pejuang itu. Sebelum dihukum mati, mereka telah melwati berbagai penyiksaan terlebih dahulu, tetapi mereka tak pernah menunjukkan tanda tanda akan menyerah. Mereka tetap teguh dan konsisten memegang prinsip, merdeka atau mati. Seandainya saja mereka bukan musuh. Komandan regu tembak mendekati kelima orang tadi, menusuki mereka dengan samurai untuk memastikan kematian mereka. Ia lalu melapor pada kapten Yoshida sebagai etiket resmi dalam militer. Kapten Yoshida mengangguk puas lalu berbalik untuk kembali menuju ruangannya. Regu tembak baru membubarkan diri setelah kapten Yoshida menjauh.
Berjalan menuju ruangannyaa, kapten Yoshida sibuk mengatur rencana, apa yang akan dilakukannya hari ini. Minum sedikit sake, beristirahat sejenak, menyiksa dan menginterogasi tahanan, lalu mencicipi kiriman jugun ianfu terbaru. Enam orang wanita, semuanya cantik, satu diantaranya keturunan Belanda. Sepertinya hari ini akan sangat menyenangkan. Namun bayangan akan hari yang menyenangkan mendadak buyar saat kapten Yoshida tiba di ruangannya. Ia terkejut ada orang pribumi yang sudah menunggunya disana ,
“konichiwa , Yoshida-san…”
Yoshida dengan cepat mencabut pistolnya dan menodongkan pada orang itu , seraya berseru dalam bahasa Jepang ,
“siapa kau..??? bagaimana bisa masuk kesini…???”
Ruangan kapten Yoshida dijaga ketat oleh tentara, seharusnya tidak ada yang bisa keluar masuk dengan mudah, apalagi sampai tidak diketahui penjaga.
“namaku Datuk Banteng, Yoshida-san….” Ia bicara dengan bahasa Jepang yang fasih , “tetapi jika itu sulit untuk lidah anda, cukup panggil saya Kairo…”
Yoshida sedang mempertimbangkan antara menembak orang ini atau memanggil penjaga.
“saya tidak bermaksud jahat pada anda……”
Tapi jika orang ini bisa masuk tanpa diketahui, pastilah dia bukan orang sembarangan.
“…sebetulnya , saya punya penawaran kerja sama untuk anda…..”
Tetap menodongkan pistolnya, Yoshida memperhatikan sekeliling, mewaspadai kejutan lain yang mungkin muncul , “ lalu kenapa saya harus bekerja sama dengan anda..??”
“karena kerja sama ini akan menguntungkan untuk kita berdua. Dan saya jamin, tidak ada tipuan atau jebakan….”
Yoshida bimbang untuk percaya atau tidak. Sebagai pribumi, orang ini patut dicurigai, apalagi belakangan ini perlawanan terhadap pendudukan Jepang semakin gencar. Tapi di sisi lain, cara bicara dan karisma orang ini seakan mampu menggiring hati Yoshida untuk mempercayainya. Datuk Banteng dapat merasakan kembimbangan itu. Ia pun tersenyum bijak lalu berkata ,
“sebagai wujud itikad baik , saya telah membawakan anda hadiah , Yoshida-san….”
“hadiah..??” Yoshida mulai tertarik
“ada di sana…” Datuk Banteng menunjuk pada sebuah kamar di ruangan itu, kamar tempat kapten Yoshida biasa meniduri atau tepatnya memperkosa para jugun ianfu baru.
Yoshida beringsut perlahan menuju kamar itu, tanpa menurunkan kewaspadaan dengan pistol tetap mengarah pada Datuk Banteng. Pintu kamar dibukanya dengan sangat hati hati, ia bersiap untuk kemungkinan yang terburuk. Dan Yoshida memang terkejut. Tapi begitu, ia tetap memasuki kamar itu untuk memeriksa hadiahnya. Beberapa saat kemudian ia keluar dengan kewaspadaan yang sedikit mengendur, pistolnya tetap ia pegang namun tak lagi diarahkan pada Datuk Banteng.
“bagaimana Yoshida –san ,….suka dengan hadiahnya..???”
“kerjasama apa yang anda mau..???” Yoshida balik bertanya. Datuk Banteng tersenyum , rencananya setengah berhasil.
“saya membutuhkan tentara anda , Yoshida san . tak banyak , cukup sepuluh orang saja…”
“untuk apa..??” kecurigaan Yoshida muncul kembali.
Datuk Banteng lalu menjelaskan tujuannya kenapa ia membutuhkan sepuluh tentara Jepang. Beberapa bagian sengaja ia samarkan agar Yoshida tak curiga atau mengetahui tujuan sebenarnya.
“jika anda bersedia, saya akan membawakan lagi hadiah seperti itu, khusus untuk anda , Yoshida-san…”
Tawaran ini sebenarnya menarik hati Yoshida. Namun sedikit kecurigaan yang tersisa di hatinya, terus memberi peringatan agar tak sepenuhnya percaya pada lelaki di hadapannya ini. Walau bagaimanapun juga, Datuk Banteng atau Kairo adalah orang pribumi yang harus diwaspadai. Setelah beberapa saat berpikir, Yoshida akhirnya menyarungkan kembali pistolnya. Ia memutuskan untuk percaya. Dengan sumringah, Datuk Banteng menglurkan tangan ,
“jadi kita sepakat…???”
Yoshida menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum tipis , “ ya , …kita sepakat…”
Sebuah perjanjian berbahaya baru saja dibuat. Perjanjian yang mungkin saja akan merubah jalannya sejarah. Sementara itu di dalam kamar, hadiah Datuk Banteng yang berupa tiga perempuan cantik dengan tangan terikat dan mulut tersumpal, semakin cemas menanti nasib buruk yang akan menimpa mereka. Nasib yang akan menjadi mimpi mereka yang terburuk. Para hadiah itu adalah : Sandra dewi , shireen sungkar ,dan zaskia sungkar.
***TO BE CONFUSE***
****************